Midwifery_BIdadari iDAmaN: Anatomi Panggul Wanita

Minggu, 05 Mei 2013

0

Anatomi Panggul Wanita


A.      Bagian Lunak Panggul
       Bagian lunak pada panggul terdiri dari otot, jaringan lunak dan ligamen.
1.         Otot
Otot-otot yang menyusun kerangka penopang organ-organ di dalam pelvis
a.         Musculus sfingter ani ekternus
       Otot ini merupakan cincin otot yang melingkari anus. Otot ini terbentuk dari gabungan serabut otot dari lapisan superficial dan profundal commisurra posterior dan kulit perineum sebagian menutupi musculus sfingter ani ekternus.
b.        Muskulus Bulbokavernosus
       Otot ini merupakan otot yang berasal dari pusat perinium dan memberikan serabut-serabut longitudinal pada kesua sisi uretra dan vagina. Muskulus Bulbokavernosus mengelilingi vulva yang bertujuan untuk membantu kontraksi dinding vagina saat melakukan koitus. Serabut ini juga mengelilingi ostia sebelum berinsersi pada corpus clitoridis. Serabut-serabut anterior memungkinkan terjadinya ereksi klitoris pada saat aktivitas seksual.
        Otot ini juga sebagai penunjang muskulus levator ani yang terletak lebih dalam dari otot ini.
c.         Muskulus Transversus parinea suferfisialis
       Otot ini berasal dari permukaan dalam masing-masing tuber isciadika dan berjalan transversal melintasi pintu keluar pelvis. Serabut-serabut dari masing-masing otot akan menyatu dan menyilangdengan jaringan superfisial corpus perinei.
       Musculus  Transversus parinea suferfisialis sama halnya seperti musculus bulbokavernosus berfungsi untuk menopang muskulus levator ani yang terletak lebih dalam.
d.        Muskulus Transversus parinea profundus.
       Para transversus perinei profunda (atau perineal melintang dalam) muncul dari rami inferior iskium dan berjalan ke garis tengah, di mana ia interlaces dalam tendon raphe dengan sesama dari sisi yang berlawanan.
        Itu terletak pada bidang yang sama sebagai sfingter uretra membranaceae ; sebelumnya dua otot digambarkan bersama-sama sebagai uretra Constrictor
e.         Muskulus Stingfer uretra
       Otot ini merupakan muara dari uretra. Sfingter ini analog dengan sfingter pada pria, dan mempunyai nama yang sama.  Namun di bandingkan dengan pria sfingter pada wanita lebih lemah dan merupakan struktur yang kurang penting. Ostium ini harus di bedakan dari klitoris yang harus diidentifikasi terlebih dahulu.
f.         Muskulus Pubokoksigeus
       Merupakan otot yang paling pentingdi antara semua otot dasar pelvis. Otot ini merupakan otot yang mengelilingi dan memperkuat uretra, vagina dan rectum. Otot ini juga merupakan penentu miksi, defekasi serta fungsi seksual yang normal.
g.        Muskulus iliococcygeus
       Otot ini berasal dari linea alba faciae pada permukaan dalam masing-masing os. Illium dari masing-masing spina isciadika, serta berjalan ke belakang ke os. Coccygi.
h.        Musculus ischiococcygeus
       Berasal dari masing-masing spina isciadika kemudian berlanjut ke bagian atas coccygi dan tepi bawah sakrum. Dilanjutkan ke posterior, sehingga diaphragma pelvis hampir tertutup. Otot-otot ini membantu menstabilkan articulatio sacroiliaca dan articulatio sacrococcygea.
2.         Jaringan Lunak Panggul
Jaringan lunak panggul terdiri dari uterus, otot dasar panggul dan perineum
a.         Uterus
       Uterus adalah suatu organ muskular berongga dan berdinding tebal. Bentuknya seperti buah per dan bagian apeksnya membentuk serviks yang menonjol ke dalam forniks vagina. Uterus terletak pada tengah pelvis minor dan terletak di antara kandung kemih dan rektum. Bentuknya pipih depan belakang. Dinding muskular anterior dan posteriornya menonjol ke dalam rongga sehingga dinding-dindingnya saling merapat. Di pandang dari depan, rongganya berbentuk segitiga. Uterus berhubungan dengan rongga peritoneum melalui tuba fallopii di bagian atas, dan dengan dunia luar melalui vagina bawah. Ukuran uterus bervariasi, paling besar pada masa reproduksi dan pada wanita yang sudah mempunyai anak. Panjang rata-rata uterus pada wanita nulipara adalah 9cm; lebar di bagian terlebar adalah 6cm dan tebal depan-belakang 4cm; beratnya 40-60 gr. Tebal dinding adalah 1-2cm, maka panjang rongga adalah 7cm.
Uterus pada kehamilan dapat dibagi atas tiga bagian:
1)        Segmen atas uterus
       Bagian uterus ini terdiri dari fundus dan bagian uterus yang terletak di atas refleksi lipatan vesiko-uterina peritoneum. Segmen ini mengalami hiperplasia dan hipertrofi otot paling besar selama kehamilan. Pada persalinan, segmen ini memberikan kontraksi yang kuat untuk mendorong janin ke jalan lahir.
2)        Segmen bawah uterus
       Bagian uterus ini terletak di antara lipatan vesiko-uterina peritoneum di sebelah atas dan serviks di bawah. Selama kehamilan bagian atas serviks termasuk ke dalam segmen bawah uterus, yang meregang untuk mengakomodasi bagian presentasi janin.
       Ketika kontraksi otot segmen atas meningkat frekuensi dan kekuatannya pada kehamilan lanjut, segmen bawah uterus berkembang lebih cepat lagi dan teregang secara radial untuk memungkinkan turunanya bagian presentasi janin pada saat persalinan, seluruh serviks menyatu menjadi bagian segmen bawah uterus yang teregang.
3)        Serviks Uterus
       Serviks uterus merupakan bagian uterus yang terdapat mulai dari persambungan fibriomuskular di atas sampai ostium serviks eksternum di sebelah inferior. Tpi atasnya bukan suatu tempat yang jelas, karena kebanyakan serabut miometrium berujung sebagai suatu kerucut otot yang menonjol ke dalam jaringan kolagen yang menyusun 90% bagian serviks. Beberapa serabut otot tipis terdapat di antara berkas-berkas kolagen dan membentuk 10% dari jaringan serviks. Endometrium berhenti sampai setinggi kerucut otot dan menjadi satu lapisan sel endoservikal kuboid yang terlipat menjadi celah-celah. Pada kehamilan lanjut, serviks menjadi lebih lunak karena perubahan-perubahan kimiwi di dalam serabut kolagen, dan menjadi lebih pendek karena tergabung ke dalam segmen bawah uterus. Bagian ini juga mengalami berbagai derajat dilatasi. Perubahan-perubahan ini secara kolektif disebut pematangan serviks. Perubahan ini dapat terjadi secara mendadak atau berharap kapanpun setelah kehamilan minggu ke-34, tetapi biasanya terjadi dekat terutama primigravida. Pada kehamilan minggu ke-34, dilatasi serviks 2cm atau lebih pada 20% primigravida dan pada 40% multigravida, dan proporsi ini meningkat sampai term.
       Pada permulaan persalinan, serviks primigravida telah matang, dan sebagian, atau tidak, mengalami penipisan (yakni, menjadi bagian dari segmen uterus bawah)


b.        Dasar Panggul
Dasar panggul terdiri dari kelompok otot levator ani, yang keluar dari masing-masing sisi panggul pada permukaan posterior pubis, dari kondensasi fasia (garis putih) yang menutup otot obturator internus, dan sisi pelvik spina iskiadiak. Otot tersebut mempunyai beberapa bagian otot yang diberi nama otot-pubokoksigeus, otot levator ani dan otot koksigeus. Serabut-serabut otot ini melandai ke arah bawah dan ke depan serta saling berjalin dengan serabut-serabut otot dari kelompok levator ani pada sisi yang berlawanan sehingga membentuk diafragma otot tempat lewatnya uretra, vagina dan rektum.otot-otot ditutupi facia dan membentuk diafragma pelvis.
c.         Perineum
       Perineum (korpus perineum adalah jaringa yang terletak disebelah distal diafragma pelvis. Jaringan ini terbentuk piramid dan dibatasi di sebelah atas oleh permukaan diafragma pelvis di lateral oleh tulang dan ligamen pintu bawah panggul dan di bawah oleh vulva dan anus. Perineum dapat dibagi menjadi trigonium urogenital di anterior dan trigonum anal di posterior oleh otot-otot perineum melintang.perineum mengandung sejumlah otot superficial, sangat vaskular dan berisi jaringan lemak. Kepentingan sewaktu melahirkan adalah bahwa jaringan ini kerap rusak ketika janin dilahirkan.
3.         Ligamen-Ligamen Panggul
a.         Ligamen sacrospinosum
Ligamentum sacrospinous (ligamen sacrosciatic kecil atau anterior) adalah sangat tipis, segitiga ligamen yang melekat dengan puncaknya adalah pada spina iskiadika , dan medial, dengan dasar yang luas, untuk margin lateral sacrum dan tulang ekor , di depan ligamentum sacrotuberous bercampur dengan yang serat perusahaan bercampur.
Fungsi utamanya adalah untuk mencegah rotasi posterior dari tulang pangkal paha sehubungan dengan sakrum. Kelemahan dari ligamentum bersama dengan ligamentum sacrotuberous memungkinkan untuk rotasi posterior terjadi. Menekankan untuk ligamen ini terjadi paling sering ketika bersandar ke depan atau keluar dari kursi.
Ketika ligamen panggul dan mendukung jaringan ikat bergilir dilemahkan atau tidak ada pada wanita, ligamentum sacrospinous menyediakan situs konsisten kuat untuk fiksasi dari puncak vagina , yang disebut ligamentum suspensi sacrospinous, di mana puncak vagina ditunda posterior dan lateral ke ligamen pada kedua sisi atau kedua sisi
b.        Ligamen sacrotuberosum
Ligamen sacrospinosum terlentang dari bagian lateral sakrum dan koksigis tuberosis iskiadika.
Ligamen sakrospinosum dan ligamen sakrotuberosum bersama dengan ligamen sakro-olliaka, mengikat sakrum dan koksigis ke os. Dan mencegah pergerakan berlebihan dari sendi sakro-illiaka. Selain itu ligamentum ini membentuk foramen isciadika mayor & minor dengan insisura mayor dan minor.
c.         Ligamen Triangular
Ligamen ini berfungsi sebagai area pintu keluar pelvis. Selain itu juga memperkuat servix vesicae urinariae karena ia meluas berjalan lurus melintasi arcus pubis. Dua daerah triangular terletak di depan dan dibatasi oleh muskulus ischiocavernosus dan muskulus transversus parinei.
       Selain ketiga ligamen tersebut, juga terdapat ligamen-ligamen yang terbentuk dari penebalan facia pelvis yang di sebut dengan ligamen pelvis. Ligamen-ligaen tersebut antara lain:
a.         Ligamentum lateral
Ligamen ini adalah merupakan ligamen yang terlentang dari linea alba faciae ke dinding lateral vesica urinaria
b.        Ligamentum pubovesicale
Ligamen ini terlentang dari cevix vesika urinaria ke permukaan dalam masing-masing corpus pubis. Ligamentum ini ikut membentuk ligamentum pubocervicale. Ligamen pubovesicale ini berfungsi untuk memperkuat vesica urinaria.
c.         Ligamentum cervicale transversum
ligamen ini merupakan ligamen yang melekat pada fornix vagina dan servix supravaginalis. Ligamen ini merupakan ligamen yang paling kuat diantara ligamen pelvis.
d.        Ligamentum uterosacrale
Sama halnya dengan Ligamentum cervicale transversum, ligamen ini juga melekat pada fornix vagina dan servix supravaginalis. Ligamen ini berjalan ke posterior dan melekat pada tepi lateral corpus sacralis pertama.
e.         Ligamentum teres uteri
Ligamen yang berjalan dari anterior tepat di bawah cornu uteri dan tuba fallopi membentuk huruf V lewat dinding abdomenndan canalis inguinalis sebelum berinsersi pada kedua labium majus.

B.       Bentuk-Bentuk Panggul
       Menurut Caldwell dan Molloy mengklasifikasikan panggul menjadi 4, dan klasifikasi ini normal dipakai:
1.         Ginekoid
Pelvis ini adalah pelvis yang ideal untuk persalinan. Pintu Atas Panggul, panggul ini berbentuk bulat. Spina iskium yang bulat dan menonjol atau melebihi batas. , insisura isciadika yang bulat, dan subpubis(arkus  pubis)  merupakan suatu lengkung yang lebar dengan sudut 90o. Dinding sampingnya lurus dan sakrumnya pararel dengan simfisis pubis, serta rongga dangkal segan sakrum yang melengkung dengan baik.
2.         Android
Pelvis ini lebih sering di temukan pada pelvis pria, sehingga umumnya dikenal sebagai pelvis pria. Namun sejitar 32.5% di temukan pada wanita berkulit putih dan 15,7% pada wanita bukan berkulit putih. Pintu Atas Panggul berbentuk seperti hati atau segitiga. Panggul ini mempunyai spina iskium yang menonjol serta melewati batas sehingga mengurangi diameter transversal. Incisura isciadika yang sangat melengkung dan sempit.  Arkus pubis sempit dengan sudut kurang dari90o. Dinding samping pelvis biasanya konvergen, serta rongga dangkal segan sakrum yang lurus. Pelvis ini pelvis yang berat sehingga menyulitkan proses kelahiran per-vagina.
3.         Antropoid
Pelvis ini sering ditemukan pada ras bukan kulit putih. Pintu Atas Panggul berbentuk bulat panjang atau oval. Spina isciadika yang menonjol tapi tidak melebihi batas. Incisura isciadika yang sangat lebar. Arkus pubis yang lebar. Dinding sampingnya sering agak konvergen.  Bentuk pelvis ini memungkinkan posisi posterior fetus. Pelvis ini adekuat untuk kelahiran per vagina jika ukurannya besar.
4.         Platipeloid
pelvis tipe ini tidak secara khusus kondusif untuk kelahiran per vagina. Untungnya pelvis tipe ini jarang di temukan. Kurang dari 3% baik pada wanita kulit putih atau bukan kulit putih. Pintu Atas Panggul Datar. Spina isciadika panggul ini menonjol. Tapi karena karakteristik mendatar jadi penonjolan tidak berpengaruh. Incisura isciadika dan sudut sub pelvis lebar. Dinding depan sedikit konvergen. Arkus pubis cukup lebar. Pelvis ini paling lebar di antara tipe-tipe pelvis.
Selain tipe diatas, ada beberapa ahli yang mengemukakan pengertian pelvis, antara lain:
1.      Pelvis Robert
Pelvis ini tidak mempunyai alae sacri pada sakrumnya, dan dengan demikian semua diameternya mengalami pemendekan. Pelvis jenis Ini jarang ditemukan dan biasanya karena kelainan kongenital. Untuk persalinan selalu dilakukan dengan seksio sesaria.
2.         Pelvis Naegele
Pelvis ini pada sakrumnya hanya mempunyai satu alae sakri, sehingga pelvis ini berbentuk miring. Pelvis demikian mungkin disebabkan oleh kelainan kongenital. Tetapi dapat pula disebabkan oleh ruda paksa (trauma). Pelvis Naegele yang sebenarnya sangat jarang di temukan, tetapi pelvis dengan kemiringan ringan dapat pula dijumpai pada wanita yang jalannya pincang selama beberapa tahun. Seksio sesaria merupakan indikasi untuk melahirkan pada pelvis ini.
3.         Pelvis justo-minor
Pelvis ini adalah pelvis ginekoid miniatur. Pelvis ini sebenarnya berbentuk ginekoid, tetapi semua diameternya mengalami pemendekan. Pelvis demikian didapatkan pada wanita-wanita yang kecil yang tingginya  kurang dari 1.5 m. Wanita-wanita demikian akan melahirkan bayi yang kecil lewat vagina dengan tanpa banyak kesulitan. Di lain pihak, bayi yang lebihbbesar memerlukan kelahiran dengan bantuan cunam (forcep) atau bahkan dengan seksio sesaria.
4.         Pelvis Panjang
Pelvis ini di kemukakan oleh Palfrey (1974) yaitu adanya sakralis vertebra lumbalis yang tinggi di banding dengan apa yang sering dikatakan di dalam buku ajar. Pengaruhnya pada persalinan sama dengan pada pelvis antropoid, yaitu adanya insidens yang lebih tinggi untuk posisi oksipitoposterior menetap (persisten) dan juga presentasi bokong.
5.         Pelvis sempit
Pelvis ini merupakan pelvis yang salah satu atau beberapa diameter pentingnya (yaitu diameter anteroposterior, obliqua, atau transverse oada pintu masuk pelvis, kavitas pelvis, atau pintu keluar pelvis) mengalami pengurangan sebesar 1 cm atau lebih.

C.       Inclinatio Pelvis
Menurut kamus saku kedokteran Dorlan edisi 28 pengertian inclinatio pelvic adalah suatu kemiringan atau kecondongan sudut antara bidang pintu masuk rongga panggul dna bidang horisontal.
Sumber lain mendefinisikan inclinatio pelvic sebagai suatu keadaan dimana Panggul tidak terletak dalam posisi tegak lurus terhadap tulang belakang tetapi miring melandai ke depan pintu atas panggul yang berada dalam sudut 60’ terhadap bidang horizontal jika wanita tersebut berdiri tegak.
D.      Sumbu Panggul
       Sumbu panggul adalah garis yang menghubungkan titik-titik tengah ruang panggul yang melengkung ke depan (sumbu Carus). Sumber lain mengatakan sumbu panggul adalah garis yang menghubungkan pusat-pusat dari beberapa bidang di dalam panggul berupa garis lurus di bagian atas sampai suatu titik sedikit di atas spina ischiadika dan kemudian melengkung ke depan di daerah PBP.

E.       Cara Pengukuran Panggul
Pengukuran panggul dilakukan dengan dua cara yaitu:
1.         Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara memasukka dua jari (jari telunjuk dan tengah) ke jalan lahir hingga menyentuh bagian tulang belakang/ promontorium. Lalu hitunglah jarak antara tulang kemaluan hingga promontorium. Dimana hal ini dilakukan untuk mengetahui ukuran Pintu Atas Panggul  (PAP) dan pintu tengah panggul.
2.         Pemeriksaan Rontgen
       Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan alat rontgen, yaitu dengan memotret bagian panggul ibu. Caranya sama dengan tindakan rontgen pada bagian tubuh lain, hanya saja cahaya lebih di prioritaskan pada bagian bawah. Hasilnya lalu dianalisa untuk mengetahui ukuran panggul. Kelainan letak pada bayi juga dapat terdeteksi dengan pemeriksaan rontgen.
       Dengan pemeriksaan rontgen akan mendapatkan data yang lebih akurat dibandingkan dengan pemeriksaan klinis.
Selain kedua diatas ada cara lain untuk pengukuran panggul, antara lain :
1.         Pengukuran Luar
Pengukuran luar pelvis ada empat, namun hanya tiga pengukuran yang menggunakan alat yang di sebut pelvimeter, antara rain:
a.         Diameter Interspinalis
Cara ini dilakukan dengan meletakkan kedua ujung pelvimeter di atas masing-masing spina illiaca anterior superior dan jarak normal antara keduanya adalah 25,5 cm
b.        Diameter Intercristalis
Pengukuran ini dilakukan dengan cara menggeser ujung-ujung pelvimeter ke atas crista illiaca dan dicatat ukuran antara dua titik yang terpanjang. Biasanya sebesar 28cm. Pada normalnya terdapat perbedaan 2,5 cm antara kedua diameter tersebut. Dapat dicurigai adanya pelvis datar karena penyempitan pintu masuk pelvis apabila terdapat perbedaan lebih besar dari 2,5 cm.
c.         Konjugata Eksterna
Wanita yang akan diperiksa dianjurkan berbaring miring. Salah satu ujung pelvimeter diletakkan pada pusat tepi atas symphysis pubis dan ujung yang satunya diletakkan pada ujung processus vertebra lumbalis ke-5. Titik ini kemudian ditemukan dengan memberi tanda satu titik antara kedua lekukan yang dibentuk oleh kedua spina illiaca posterior superior dan kemudian bergerak ke atas kira-kira 2,5cm.
d.        Diameter transversa pintu ke luar
Untuk pengukuran ini tidak memerlukan pelvimeter.  Dalam posisi ini dilakukan pemeriksaan vagina pada wanita. Tangan dikepalkan lalu ditempatkan di antara kedua tuber isciadika pasien. Apabila keempat ujung-ujung metakarpal kepalan tangan dapat masuk berarti diameter ini normal. Namun harus diketahui berapa ukuran kepalan tangan.

2.         Pengukuran Dalam
Bagian terendah kepala sampai ischiadika atau lebih rendah. Caput succedaneum yang besar dapat memberi kesan yang salah, dimana seolah-olah bagian terendah susah sampai setinggi spina ischiadica, padahal kepala masih tinggi, maka hasil pemeriksaan dalam harus selalu disesuaikan dengan hasil pemeriksaan luar.


F.        Ukuran-Ukuran Pintu Atas Panggul (PAP)
1.         Konjugata Vera
Panjangnya sekitar 11 cm, tidak dapat diukur secara langsung, tetapi ukurannya diperhitungkan melalui pengukuran Conjugata diagonalis. Panjang Conjugata diagonalis antara promontorium dan tepi bawah simfisis pubis. Conjugata Vera (CV) = CD – 1,5 CM.
2.         Diameter transversa
Jarak antara kedua linea terminalis (12,5 cm)
3.         Diameter Oblique
Jarak antara artikulasio sacro-iliaka menuju tuberkulum pubikum yang bertentangan. Kedua ukuran ini tidak dapat diukur pada wanita yang masih hidup. Sekitar 13cm
4.        Diameter Diagonalis
diukur dari promontorium ke pinggir bawah symphysis. Diukur dengan jari yang melakukan pemeriksaan dalam.
Kalau panggul sempit, konjugata vera dapat diperhitungkan dengan mengurangi conjugate diagonalis dengan 1½ - 2 cm (CV = CD - 1½)
Pada panggul normal jari tak cukup panjang untuk mencari promontorium.



















0 komentar:

Posting Komentar