Midwifery_BIdadari iDAmaN: Cerpen Bersambung Happy Ending #II

Jumat, 03 Mei 2013

0

Cerpen Bersambung Happy Ending #II

Inikah rasanya Jatuh Cinta
Persahabatan
                Hai, aku Cheshy, sahabatnya ayu di cerita sebelumnya. Suatu kebanggaan bagiku bisa menjaadi saksi pada hari kebahagiaan temanku. Dan aku sangat senang usahaku dengan Adit buat nyomblangin Niko dan Ayu ternyata berhasil. Tapi sekarang aku bingung, dulu aku bisa setiap saat bersama Ayu, kecuali kalau Ayu sedang sama Adit. Tapi sekarang ada seseorang lagi yang bakal ngambil perhatiannya Ayu, yaitu Niko. Secara mereka pacaran. Aku laper nich, mending aku makan di kantin. Tapi masak jalan sendiri. Ya terpaksa daripada kelaperan. Aku mau duduk dibangku biasanya aku makan bareng Ayu. Tapi tunggu, sudah ada yang duduk di meja itu. Owh ternyata itu Ayu, Kayaknya sama Niko.
                “Cheshy, sini kita makan bareng!” ajak Ayu padaku. “Ah ga, aku ga laper, aku mau kekamar mandi dulu” kataku lalu pergi. Aku tau Ayu bakal kebingungan, karena aku berjalan dengan arah yang berlawanan dengan kamar mandi. Tapi kalau aku ga bohong, aku ga tau harus bilang apa ma Ayu. Ga mungkin aku mau makan bareng disana. Pertama, Ayu dan Niko baru jadian, pasti mereka ga mau diganggu. Yang kedua, ntar aku jadi kacan lagi disana. Lalu aku memutuskan untuk ke kelas. Setelah aku nyampe kelas, ada yang duduk dibangkuku.
                “Adit?” kataku pada orang itu. “eh Cheshy, Ayu ada ga Ches?” katanya membalas pembicaraanku. “Ayu lagi makan di kantin ama Niko” jawabku. “kau kenapa? Kucel banget, lagi sakit ya?” tanyanya padaku. “ aku laper tau ga?” jawabku dengan nada kesal. “ya udahh klo laper makan saja, ribet banget”, kata Adit sambil menarikku ke kantin. Aku ga mau kekantin, malu diliat Ayu, tapi klo ga bias mati kelaperan nich. Bodo amat, yang penting gue makan. Ternyata setelah dikantin, Ayu dan Niko sudah ga disana. Baguslah, karang aku bisa makan dengan tenang. Aku duduk di pojok deket pintu keluar, o ya aku lupa mesen makanan, biasanya klo ama Ayu dia yang mesenin. Tapi karang aku ga ama dia harus mesen sendiri deh. Baru aku mau beranjak dari tempat dudukku, Adit dateng membawa 2 bakso dan 2es jeruk.
                “makanan kesukaanmu kan?” katanya sambil memberiku semangkuk bakso dan segelas es jeruk. Kenapa dia bisa tau, makanan yang aku suka? “owh makasi ya, tapi kok kamu tau klo aku suka makan bakso dan minum es jeruk?” tanyaku. “ Ayu yang ngasi tau” jawabnya singkat. “Ayu cerita apa aja?” tanyaku lagi. “banyak” katanya tanpa menoleh dan dengan asik memakan baksonya. Mungkin ini yang dibilang sama Ayu kalo Adit orangnya sedikit cuek, tapi dalam keadaan tertentu dia bisa sangat perhatian. Bener-benar cuek, dia hanya asik makan. Sesekali aku bertanya untuk meramaikan suasana, tapi dia hanya membalas singkat. Boring juga lama-lama kaya gini.
                “hei, kattanya laper, kok malah bengong? Makan gih!” Adit menyadarkanku dalam lamunan. Tapi aku hanya diam, aku ga tau harus ngomong apa lagi. “kekelas yuk?” katanya saat aku termenung sekali lagi. “tapi aku belum selesai…” belum sempat aku menyelesaikan pembicaraan, aku langsung terkejut. Perasaan aku baru makan dua sendok, tetapi bakso dimangkokku habis. Kok bisa, fikirku. “owh ia deh, aku bayar dulu ya?” kataku masih dalam keadaan bingung. “ga usah semuanya sudah aku bayar” katanya. Kenapa Adit mau bayarin aku, padahal menurut Ayu, Adit sesosok lelaki yang ga pernah mau ngeluarin uangnya untuk ngebayarin orang lain.
                Kami tiba di kelas dan di bangkuku sudah ada Ayu dan Niko. “hai Ches, hai Dit” sapa Ayu. “Hai Yu, jiah Niko, ngapel terus kayaknnya, pantesan ga pernah dikelas” kata Adit. Bel masuk berbunyi. “Aku ke kelas dulu ya?” kata Niko ke Ayu dengan nada lembut, kecupan di kening tak lupa ia berikan. Romantis sekali sehingga  membuatku sedikit iri. Kapan aku mendapatkan perlakuan yang sama seperti ini. Selama ini aku memang sering ganti-ganti pacar. Tapi satupun diantara mereka ga ada yang membuatku bisa merasakan kasih sayang. Mungkin ini memang salahku yang mencari pacar bukan karena cinta, tapi karena uang. Kapan aku bisa merubah sifat jelekku ini. “aku juga balik Yu” kata Adit sambil mendaratkan kecupan yang sama seperti Niko. Ayu pasti sangat bahagia, mendapatkan pacar yang sayang ma dia dan seorang sahabat seperti Adit. “Yuk Ches” kata Niko sambil meninggalkan kelas. “I iia” kataku dengan sedikit terbata-bata. Hanya meninggalkan senyum, Aditpun pergi mengikuti Niko.
                Bel berbunyi empat kali, berarti waktunya pulang sekolah. Seperti biasa Ayu dijemput kekelas oleh Niko. “Udah mau pulang Ai?” Tanya Niko ke Ayu, owhh ya Ai itu panggilan kesanyangan Niko ke Ayu. “udah, yuk kita pulang. Owh ya Ches, mau pulang bareng?” kata Ayu. “Ga usah, aku mau ke perpus dulu minjem buku, kalian duluan aja” kataku sedikit berbohong. “kita juga mau minjem novel ke perpus, sekalian aja” kata niko menawarkan. “Ga bisa, dia sudah janji mau nemenin aku makan dulu, yak an Ches?” kata Adit yang baru saja dateng dari kelas. “apa? Ia ia” kataku sedikt gugup. “ya deh klo gitu kita duluan ya, hati-hati lho, Dit, pastiin Cheshy nyampe rumah dengan selamat” kata Ayu pada kami. “Youpz, serahkan padaku, ga bakal ada yang hilang darinya, bahkan keringat” kata Adit. Lalu kami berpisah di sana. Adit menarik tanganku dan membawaku ke mobilnya. “kita mau kemana” tanyaku. “pulang” seprti biasa, hanya jawaban singkat untukku.
                Sampai di rumah aku langsung ke kamar. Entah kenapa aku sangat bahagia. Aku senyum-senyum sendiri, nyanyi-nyanyi kegirangan. Mungkin ini yang rasanya jatuh cinta beneran. Malamnya aku ga bisa tidur, bayang-bayang Adit selalu menghantuiku. Lalu HPku berbunyi.
                “ From :081916483
 Saat mata lelah memandang                                                                                                                                    
Bi”r llah berucap, n hati 
 Lelah mrasa,,
Saat’a mta trpejam, 
 Bi”r trkunci, n hti trdiam utk
 Es0k yg lbh indah, .
  Nite, .
Siapa yang malam- malam gini kirim sms, lalu aku reply
                “To :081916438681
                Ini Cpha ya?
Beberapa saat kemudian HPku berbunyi dan itu balasan dari No tadi. Dia bilang klo dia Adit. Tanpa sadar aku mmelompat-lompat kegirangan. Saking girangnya kepalaku sampai kejedot di lemari.
                Besoknya, tanpa tau kenapa, aku ingin tampil sesempurna mungkin didepan Adit.  Dan ternyata tidak percuma, baru nyampe gerbang sekolah, Adit sudah nyamperin aku. “ Hei, sendirian aja?” katanya membuka pembicaraan. “ia, Ayu tadi berangkat bareng Niko”. “owh, pantes Niko tadi ga jemput aku, mau kekelas?” tanyanya. “ia”jawabku singkat. “barengan yuk aku juga mau ketemu ayu,plus jemput Niko” katanya. Lalu kami jalan berdua menuju kelasku. “ kemarin itu nomernya kamu ya?” tanyaku penasaran. “ia” katanya, “kok kamu bisa tau nomerku?” tanyaku lagi. “kamu inget ga, kemarin kamu  nyuruh aku motoin pake HPnya kamu, trus aku miscol ke HPku,  ya jelaslah aku jadi tau nomermu”jawabnya polos. “owh” kataku.
                Cara yang bagus. Kok bisa ya dia berfikir seperti ini. Semakin hari semakin banyak kejutan yang ia buat, hingga aku merasa sangat nyaman bila ada didekatnya. Pentes saja Ayu deket sama Adit ternyata Adit orangnya sangat baik. Seperti yang sering diceritain sama Ayu. Tapi satu hal yang dibilang oleh Ayu yang ga tepat, yaitu sifatnya yang pelit banget. Katanya dia sama sekali ga mau ngeluarin uangnya untuk bayrin orang lain. Tapi menurutku dia ga gitu. Bahkan dia udah ngabisin uang banyak buat bayarin aku makan, shoping, dan banyak deh.
***
                “oops, sory” kata seseorang berpakaian kaos, dengan celana selutut. Dia ga sengaja nabrak aku saat aku mau pulang. “ia gapapa kok” kataku.  Lalu aku mencoba untuk bangun, tapi ga bisa. Ada apa dengan kakiku. “kamu gapapa?” tanyanya lagi. “kakiku” kataku. “kenapa, kakiku gapapa kan?” tanyanya dengan nada ketakutan. “aku ga bisa jalan. Tanpa berkata apa-apa lagi dia merangkulku dan membawaku ke mobilnya. Ternyata dia membawaku kerumah sakit. Kata dokter tulang kakiku retak, dan salah satu saraf disana ga berfungsi, bisa-bisa aku lumpuh untuk selamanya. Aku langsung berteriak ga percaya, tanpa kakiku semua cita-citaku selama ini ga akan bisa terwujud.
                “maaf” sebuah kata yang datar keluar dari bibir mungilnya. Aku tau dia pasti sangat merasa bersalah dengan ini. Raut wajah polos yang membuatku ga mau bikin dia merasa bersalah dengan keadaan ini. “aku gapapa kok, aku yakin keajaiban akan datang dan mengembalikan keadaan  ini seperti semula” kataku berusaha menutupi kesedihan atas apa yang aku alami. Lalu orang tuaku, bersama Ayu dan keluargaku yang lain datang kerumah sakit. Dan cowo itu pergi setelah minta maaf ke orang tuaku. “kamu gapapa kan ches?” Tanya Ayu. “kakiku yu” kataku sambil menangis di bahu Ayu. “Ches, kamu percaya keajaiban kan, kamu pasti bisa, kamu bukan wanita yang lemah” kata Ayu berusaha keliahatan tegar didepanku. “Adit ga ikut?” tanyaku sambil mengangkat kepalaku dari bahunya. “Dia ada di luar” katanya, lalu Ayu keluar memanggil Adit.
                “Hai Ches” sapanya. “ia Dit” balasku. “Ayo Dit sekarang aja” kata Ayu ke Adit. “Apanya yang sekarang Yu?” tanyaku penasaran. “Ada deh, Ayo Dit buruan” kata Ayu yang membuatku semakin penasaran. Adit membawa bunga. “Hai semua aku belum telat kan?” kata Niko yang baru datang. “kamu belum nembak Cheshy kan?” sambungnya lagi. “sssth” kata Ayu sambil menempelkan telunjuknya ke bibir. Apakah yang dibilang ama Niko itu emang bener, klo Adit mau nembak aku. “tu kan Nik, udah ga surprice lagi deh, kamu sich” kata Ayu protes ke Niko. “ia deh sory Ai, aku kan ga tau, jadi acaranya belum nich?” kata Niko. “belum, Adit sich dari tadi diem aja!” kata Ayu cetus. “ayo donk Dit cepetan” sambung Niko. Adit mau nembak aku, jadi itu alasan kenapa dia bawa bunga. tapi Adit hanya diam, setelah beberapa menit. Adit menyerahkan bunga itu dan beranjak keluar kamar. “hei Dit kamu kenapa?” kata Ayu menghentikan langkah Adit. “Aku ga bisa, aku ga mungkin bisa pacaran ama orang lumpuh, aku ga bisa Yu” katanya langsung pergi. “Dit, Adit, kamu jangan pergi dulu!” teriak Ayu sambil mengejar Adit. “Ga Usah Yu” kataku yang menghentikan langkah Ayu. “tapi Ches, dia ga boleh kayak gitu ma kamu” sambung Ayu dengan nada kecewa. “biar aja yu, memang aku lumpuh Yu, aku lumpuh, mana ada cowo yang mau ama cewe yang lumpuh kayak aku” tanpa sengaja air mataku menetes, Ayu memelukku dengan erat, aku melihat kekecewaan yang besar dimatanya Ayu. Ayu melepaskan pelukannya dan berlari meninggalkan aku, dan diikuti oleh Niko.
                Niko:”kamu kenapa Ai”
Ayu :”aku gabisa liat Cheshy kaya gini Nik, dia ga pernah seperti ini sebelumnya, aku  ga pernah bayangin bagaimana perasaannya saat ini”
Niko:”ia Ai, aku ngerti, tapi kamu gaboleh kaya gini, kamu harus tegar, gimana kamu bisa nyuruh Cheshy tegar, sedangkan kamu aja ga bisa tegar.
Ayu :”tapi Adit?”
Niko:”ntar aku yang ngomong ma dia”


                Suara itu yang dapat aku tangkap dari pendengaranku, ternyata Ayu dan Niko belum jauh dari kamar ini. Dan beberapa saat setelah itu Ayu dateng, untuk pamitan ma aku. Tidak lama setelah Ayu pulang Cowo yang nabrak aku dateng. “kamu dah baikan?” tanyanya. “ia, tapi aku masih belum bisa jalan” kataku cetus, tanpa memandangnya. Kulihat wajahnya menunduk, sehingga aku sadar klo aku udah bikin dia merasa bersalah atas kejadianku ini, “aku marah bukan karena dia, tapi karena Adit, tapi kenapa aku lampyasin ke cowo ini” fikirku dalam hati. “hei, tapi kayaknya sebntar lagi udah bisa deh, makasi ya kamu dah dateng kesini” kataku memulihkan suasana.
                Dia mengangkat wajahnya, dan senyum kecil yang sangat tulus terpancar dari bibir mungilnya. “owh ya, aku Yanna” katanya sambil mengulurkan tangannya. “Cheshy” kataku menerima salam perkenalannya. Setiap hari setelah pulang sekolah dia langsung menemuiku dirumah sakit, kadang-kadang masih menggunakan seragam sekolah. Dia satu sekolah denganku, tapi selama 2 tahun aku sudah sekolah disini, baru kali ini aku pernah melihatnya. Katanya dia memang telah mengenalku dari dulu. Tapi mungkin karena di terlalu kalem, jadinya ga begitu aku perhatiin.
                Setelah seminggu aku dirawat rumah sakit ini, dokter mengizinkanku untuk pulang. Tapi masih harus sering therapy, supaya kakiku bisa jalan seperti dulu lagi. Keesokan harinya, Ayu dan Niko udah jemput aku dirumah. Dia ngajak aku sekolah bareng, awalnya aku ga mau, karena aku malu ama temen-temen tapi mendengar bujukan dari Ayu, aku jadi berani untuk berangkat kesekolah. Ternyata sesuatu yang aku takutin ga bener terjadi, ga ada satupun temen yang mengejekku, malahan temen-temen menyambut kedatanganku dengan baik. Pulang sekolah, aku nyuruh Ayu buat nganterin aku ke aula sekolah. Disana sedang ada latihan untuk pementasan pensi dari anak-anak kelas tiga. Ayu dan Niko menjadi pemeran utama drama romeo dan Juliet. Aku seharusnya mendapat bagian di dance tapi itu udah ga mungkin lagi, dan aku liat udah ada yang menggantikan posisiku.
                Saat itu aku melihat Adit, kayaknya dia akan manggung dengan bandnya. Dia bagian vocal. Dia lewat disampingku, tapi dia seolah tidak mengenalku. Rasanya aku udah ga kuat ada di tempat ini, aku berjalan selangkah demi selangkah dengan tongkatku meninggalkan aula sekolah, tanpa ada yang menuntunku. Karena saat itu Ayu sedang latihan, aku ga mau mengganggunya. Tiba-tiba ada yang memegang tanganku dan menuntunku. “kamu mau pulang? Aku yang nganter ya?” tanyanya, ternyata itu Yanna. “ ga usah, aku ga mau ngerepotin kamu.” Kataku. “ ga kok, kan aku yang udah buat kamu kaya gini, lagian rumah kita kan searah, ya sekalian aja” katanya. Aku ga tau kenapa dia tau rumahku. Setelah nyampe rumah, dia nganterin aku sampai di depan pintu. “besok pagi aku jemput ya?” katanya. “ ga usah, lagian udah ada Ayu yang jemput aku” kataku menolak. “ya udah klo gitu aku pulang ya”
lalu dia menuju kemobilnya dan segera pergi.
                Keesokan harinya aku udah siap dengan seragam sekolah. Hari ini acara pensi anak kelas 3. akan ada banyak pertunjukan seru disana. Tapi aku hanya akan menonton seperti anak kelas 1 dan 2. terdengar suara klakson di depan rumahku,”Ayu” pikirku. Lalu HPku berbunyi, ternyata telfon dari Ayu. “Ia Yu, bentar lagi aku keluar” kataku menjawab.”sory Ches, aku udah duluan ke scul, aku kan mesti dandan untuk pertunjukan nanti, makanya aku sculnya agak pagi, n ga bisa jemput kamu sekarang” katanya. “ia deh gapapa” kataku lalu menutup telfon. “Kalau Ayu udah di sekolah, trus yang di luar siapa?” pikirku dalam hati. Dan aku membuka pintu rumah, mobil jazz merah yang udah aku kenal. Yanna berdiri di depan mobilnya, dan dia mendekatiku. “scul bareng Yux?” tanpa menunggu jawabanku dia menuntunku ke mobilnya. Dia tidak memakai pakaian sekolah, mungkin dia akan menampilkan sesuatu pada pensi nanti.
                Sesampainya disekolah, aku dan Yanna langsung ke Aula. Sudah nampak banyak siswa diruang ini. aku duduk di pojok depan dekat pementasan. Lalu Yanna meninggalkanku sendiri. Pementasanpun dimulai, pementasan diawali dengan tarian daerah, setelah itu dance yang seharusnya aku ikuti. Tidak lama setelah itu, drama Romeo dan Juliet yang dimainkan Ayu dan Niko dimulai. Ayu kelihatan cantik sekali hari ini. dia memakai gaun putih dengan sedikit hiasan biru. Rambut yang dibiarkan terurai lurus, dengan dihiasi aksesori berwarna perak. Sungguh penampilan yang sempurna. Dan setelah drama dilanjutkan dengan pementasan band dari anak-anak SMA ini. Adit dan teman-temannya menyanyikan lagu Tak Bertepi dari Matta Band. Dia sangat mendalami lagu yang ia nyanyikan. Seolah ada kenangan tersendiri dari lagu itu buatnya. Sampai-sampai ia meneteskan air mata ketika menyanyikan lagu itu.
                Setelah selesai pentas, Adit berlari ke kamar mandi. Dan aku mengikutinya. “kamu kenapa Dit”  tanyaku baik-baik. “bukan urusanmu” katanya sambil mendorongku sehingga aku terjatuh. “Adit!” teriak Ayu, “Apa-apaan kamu ini, kamu udah gila, ini bukan Adit yang aku Kenal, Adit ga pernah bisa menyakiti orang apalagi itu wanita” sambung Ayu. Tapi Adit hanya diam. Lalu Niko datang “ada apa ini?” tanyanya. Adit berlari meninggalkan tempat ini, tapi Ayu mengejarnya. “mau kemana kamu?” kata Ayu yang diikuti tamparan keras tangannya yang tepat mendarat di pipi kanan Adit. “Dit, kamu kenapa? Mana Aditku yang dulu?” kata Ayu sambil meneteskan air mata. “Adit yang dulu? Yang mana? Adit yang udah mati karena cintanya pada sahabatnya?” kata Adit datar kemudian meninggi. “Adit?” Ayu heran. “aku dah coba yu, dah coba, tapi aku ga bisa, aku ga bisa bohongin perasaanku sendiri” sambung Adit, yang membuatku bingung. “kamu ngomong apa sich Dit?” Tanya Ayu. “kamu masih ga ngerti juga Yu, Aku sayang kamu, aku cinta kamu, dan aku pingin milikin kamu” katanya. Badanku tiba-tiba lemas, dan aku tidak bisa mempertahankan tongkatku sehingga aku terjatuh. Aku melihat air mata Adit yang begitu tulus keluar dari matanya. Tanpa ragu tamparan kedua mendarat juga di pipinya Adit. “meski seratus tamparanpun, aku tidak bisa merubah perasaanku ini. aku sudah mencoba mencintai hati yang lain, tapi aku ga bisa” sambung Adit.
                Setelah kejadian itu, Ayu ga pernah ngomong ke Aku, bahkan dia selalu menjauhiku. Adit juga jarang aku temui, dan mungkin dia juga ga berhubungan lagi ma Ayu. Niko yang hanya bisa diam saat itu, juga terlihat ga seperti biasanya. Semua berubah. Sampai akhirnya malam perpisahan tiba. Aku maunya ga dateng ke pesta itu. Karna gamungkin aku menggunakan tongkat saat pesta seperti ini. aku juga tidak mau yanna terpaksa harus nemenin aku karena rasa bersalah. Tapi Yanna memaksaku datang. Dan aku datang juga ke pesta itu. Dalam perpisahan ini, adit dan bandnya menyanyikan lagu dari Ello yang tak ka nada aku lagi. Aku melihat Ayu hanya berdiri sendiri di pojok deket kolam. Aku mau beranjak ke sana, Yanna memegang tanganku, dan menggelengkan kepalanya, menandakan dia melarangku ke sana. Tapi aku merasa perlu ngomongin semua ini, aku ga mau seperti ini selamanya, apalagi setelah ini kita akan berpisah. “Ayu’ kataku dari belakang. Ayu berbalik dan memelukku. “maafin aku ya Ches?” katanya. “maaf atas apa? Kamu ga ada salah ke aku” kataku. Lalu Adit datang yang diikuti oleh Niko.
                “maafin Aku Dit, maafin aku Nik” katanya. Sambil meneteskan air mata. Aku bingung atas sikap Ayu, ada apa dengan Ayu. Ayu mengambil tas dan langsung berlari pergi. “Ayu, kamu mau ke mana?” kataku sambil mengejar Ayu, tapi aku ga sekuat dia, aku menggunakan tongkat, belum ada satu meter aku berjalan, aku sudah terjatuh. Aku berusaha untuk bangun, dan berlari mengejar ayu, tapi aku terjatuh untuk yang kedua kalinya. Ku lihat Ayu udah jauh dan hampir ga terlihat lagi. Yanna membangunkanku, dan mengajakku pulang. “lepasin aku” kataku pada Yanna. ‘tapi Ches” katanya. “lepasin, ini semua gara-gara kamu, coba waktu itu kamu ga nabrak aku, aku ga bakal kaya gini. Pasti aku udah bisa ngejar Ayu” kataku penuh emosi ddan berlinangan air mata.
                Keesokan harinya, aku ke sekolah pagi-pagi. Sesampainya dis sekolah aku mencari-cari Ayu, tapi dia ga juga dateng. Aku lihat orang tuanya datang. “tante ngapain kesini, Ayu mana?” tanyaku. “tante mau ngomong sama keepala sekolah, o ya, Ayu nitip ini ke tante buat kamu” kata mamanya Ayu, sambil menyerahkan sepucuk surat padaku.

               
Dear : Cheshy
Maafin aku selama ini ya Ches, aku ga bisa jadi sahabat yang baik buat kamu. Hari ini aku akab berangkat ke Sidney, aku mau kuliah di sana seperti cita-cittaku selama ini. mungkin setelah kamu membaca surat dariku ini,,kamu udah ga bisa liat aku lagi, karena aku udah berangkat. Jadilah dirimu sendiri, sayangi orang yang udah nyayangin kamu. Maaf sekali lagi aku ga bisa pamit  langsung ke kamu, karena aku ga kuat menghadapi perpisahan ini.
Salam Sayang
                                                                                Ayu
Setelah membaca surat itu, aku ditemani Yanna langsung ke bandara, mungkin saja Ayu belum berangkat. Di bandara aku mencari-cari keberadaan Ayu, tapi ga kunjung aku temui. Terdengar suara pengumuman, untuk pesawat  tujuan Sidney akan segera berangkat, lalu orang-orang terlihat mulali bergegas, dan memasuki ruangan keberangkatan. Aku mencari-cari Ayu, lalu aku melihat seseorang yang hendak memasuki ruangan itu. “Ayu” teriakku. Ia itu Ayu, tapi ia tidak mendengarku. Aku berlari mengejar Ayu, tapi aku terjatuh, aku berusaha berdiri dan berlari sambil memanggil-manggil Ayu, tapi dia tidak juga mendengarku. Aku terus berlari dan suatu keajaiban, aku melempar tongkatku dan berlari sekuat mungkin mengejar Ayu. Tapi semuanya percuma, Sesampainya aku di depan ruangan itu, pintu yang terbuat dari kaca tertutup.”Ayu” teriakku. “ Ayu jangan tinggalin Aku” “Ayu!!” teriaku, Tapi Ayu ga juga melihatku. Tubuhku melemas. Dan ada seseorang yang berusaha membangunkanku. “Niko” kataku. “Ayu Nik, Ayu” sambungku.
                Selalu ada perpisahan dalam sebuah pertemuan, itu memang hukum alam, yang tidak bisa kita pungkiri lagi. Namun ada kalanya suatu perpisahan meninggalkan kenangan manis, tapi  sebagian besar perpisahan hanya meninggalkan kesedihan. Seperti perpisahan yang aku alami,Berpisah tanpa kata perpisahan.
                `Ayu, sesosok wanita yang tegar, dan dewasa. Dia selalu menjadi pembimbing sahabat-sahabatnya. Dan dia meninggalkan Aku pada situasi seperti ini. tapi aku yakin dia akan datang, dan menemui aku, ketika urusannya di Sidney sudah selesai.
Ayu, Adit, Cheshy, Niko dan Yanna
                                                        Bersambung

0 komentar:

Posting Komentar