1. PENGERTIAN
KOLEKTIVITAS SOSIAL
Kolektivitas
merupakan sebuah bentuk gotong-royong yang menghasilkan banyak nilai tambah
dalam kehidupan bermasyarakat sebuah bentuk kerja kolektif (sama) yang
manusiawi. Kebebasan dan persamaan hak
merupakan asasnya. Tetapi dalam organisasi ini terdapat suatu kelemahan, yaitu
bergerak sendiri yang berbuntut pada kelemahan subjektif dalam menerima
tekanan, akhirnya berbuah pada kemunduran semangat.
Selain
itu kolektivitas jga dapat diartikan sebagai sejumlah besar orang, yang
berinteraksi sedikit jika sama sekali dalam tidak adanya norma yang jelas dan
konvensional.
Kolektivisme erat hubungannya dengan
kepemimpinan. Artinya kepemimpinan organisasi tidak bisa berdasarkan individual
namun merupakan kerjasama dalam sebuah kolektif baik dari tingkatan paling atas
maupun ditingkatan paling rendah. Bahkan setiap anggota yang bekerja dikalangan
massa rakyat (yang melakukan pengorganisiran) hendaknya mempraktekan
kepentingan kolektif tersebut. Kolektivisme juga menyangkut pada persoalan
kehidupan sehari-hari anggota. Setiap anggota adalah bagian dari sebuah
kolektif atau bahkan lebih dari satu. Kesulitan seorang kawan adalah kesulitan
bersama dan harus dipecahkan secara bersama-sama. Persoalan kolektif adalah
persoalan setiap anggota kolektif. Kolektivitas adalah kunci pertahanan diri
terhadap lingkungan
Sosial
itu sendiri dapat diartikan sebagai hal-hal atau segala sesuatu yang
berhubungan dengan masyarakat. Adapaun pengertian masyarakat adalah kesatuan
hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu system adat istiadat tertentu,
yang berkesinambungan dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
Dalam
suatu masyarakat, terdapat jga bagian-bagian yang berupa kesatuan manusia
dengan cirri-ciri pengikat yang berbeda. Sesuai dengan kepentingannya. 4faktor
pengikat masyarakat yaitu; adanya interaksi social, adanya adat-istiadat,
adanya norma-norma dan memiliki satu rasa identitas yang kuat.
Kolektivitas social memiliki
arti sebagai sejumlah besar masyarakat, yang berinteraksi di mana mereka
membahas tentang hubunggan social secara intern dalam lembaga itu sendiri.
Dimana mereka melakukannya secara gotong royong sehingga menghasilkan banyak
nilai tambah.
2. JENIS
INTERAKSI PADA KOLEKTIVITAS SOSIAL
Interaksi
adalah suatu jenis tindakan atau aksi yang terjadi sewaktu
dua atau lebih objek memengaruhi atau memiliki efek
satu sama lain. Ide efek dua arah ini penting dalam konsep interaksi, sebagai
lawan dari hubungan satu arah pada sebab akibat.
Kombinasi dari interaksi-interaksi sederhana dapat menuntun pada suatu fenomena
baru yang mengejutkan. Dalam berbagai bidang ilmu,
interaksi memiliki makna yang berbeda.
Syarat-syarat terjadinya interaksi sosial yaitu
adanya kontak sosial dan adanya komunikasi,
Jenis interaksi pada kolektivitas sosial:
a.
Adanya
kerja sama
Kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang pokok, juga suatu usaha
bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai tujuan
bersama. Kerjasama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap
kelompoknya dan kelompok lainnya.
Dapat dijumpai beberapa bentuk kerja sama:
1.
Kerjasama
spontan
2.
Kerjasama
langsung
3.
Kerjasama
kontrak
Contoh dari kerja sama: gotong royong, tolong
menolong.
b.
Adanya
ikatan sosial
Ikatan sosial adalah komunitas masyarakat yang terdiri dari individu–individu dan atau kelompok –
kelompok yang berinteraksi dalam sebuah hubungan sosial yang didasarkan kepada
suatu tujuan bersama.
Modal
dasar dari adanya ikatan sosial yang kuat adalah adanya kerjasama di antara
anggota kelompok atau organisasi dalam hal komunitas kelurahan ikatan sosial
akan terbanguan apabila ada kerjasama di antara semua warga masyarakat.
Kerjasama akan terbangun dengan baik apabila berlandaskan kepercayaan di antara
para anggotanya
Contoh ikatan sosial: Saling mengenal antara tetangga.
c.
Sifat
tenggang rasa
Tenggang Rasa menurut KBBI berarti dapat (ikut)
menghargai (menghormati) perasaan orang lain.,
misalnya jangan menyetel radio terlalu kencang dan lain
sebagainya.
3.
Peranan
kolektivitas sosial dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak
Indonesia,
di lingkungan Asean, merupakan negara dengan angka kematian ibu dan perinatal
tertinggi, yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan masih
memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu.
Dengan
perkiraan persalinan di Indonesia setiap tahunnya sekitar 5.000.000 jiwa dapat
dijabarkan bahwa:
1. Angka kematian ibu sebesar 19.500-20.000 setiap tahunnya atau terjadi setiap 26-27 menit. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan 30,5 %, infeksi 22,5.%, gestosis 17′,5 %, dan anestesia 2,0 %.
2. Kematian bayi sebesar 56/10.000 menjadi sekitar 280.000 atau terjadi sctiap 18- 20 menit sekali. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia neonatorum 49-60 %, infeksi 24-34 %, prematuritas/BBLR 15-20 %, trauma persalinan 2-7 %, dan cacat bawaan 1-3 %.
1. Angka kematian ibu sebesar 19.500-20.000 setiap tahunnya atau terjadi setiap 26-27 menit. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan 30,5 %, infeksi 22,5.%, gestosis 17′,5 %, dan anestesia 2,0 %.
2. Kematian bayi sebesar 56/10.000 menjadi sekitar 280.000 atau terjadi sctiap 18- 20 menit sekali. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia neonatorum 49-60 %, infeksi 24-34 %, prematuritas/BBLR 15-20 %, trauma persalinan 2-7 %, dan cacat bawaan 1-3 %.
Memperhatikan
angka kematian ibu dan
bayi, dapat dikemukakan bahwa:
1. Sebagian besar kematian ibu dan perinatal terjadi saat pertolongan pertama sangat dibutuhkan.
2. Pengawasan antenatal masih belum memadai sehingga penyulit hamil dan hamil dengan risiko tinggi tidak atau terlambat diketahui.
3. Masih banyak dijumpai ibu dengan jarak hamil pendek, terlalu banyak anak, terlalu muda, dan terlalu tua untuk hamil.
4. Gerakan keluarga berencana masih dapat digalakkan untuk meningkatkan sumber daya manusia melalui norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS).
5. Jumlah anemia pada ibu hamil cukup tinggi.
6. Pendidikan masyarakat yang rendah cendrung memilih pemeliharaan kesehatan secara tradisional, dan belum siap menerima pelaksanaan kesehatan modern.
1. Sebagian besar kematian ibu dan perinatal terjadi saat pertolongan pertama sangat dibutuhkan.
2. Pengawasan antenatal masih belum memadai sehingga penyulit hamil dan hamil dengan risiko tinggi tidak atau terlambat diketahui.
3. Masih banyak dijumpai ibu dengan jarak hamil pendek, terlalu banyak anak, terlalu muda, dan terlalu tua untuk hamil.
4. Gerakan keluarga berencana masih dapat digalakkan untuk meningkatkan sumber daya manusia melalui norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS).
5. Jumlah anemia pada ibu hamil cukup tinggi.
6. Pendidikan masyarakat yang rendah cendrung memilih pemeliharaan kesehatan secara tradisional, dan belum siap menerima pelaksanaan kesehatan modern.
Gagasan
Pelayanan Kesehatan Utama tersebut mempunyai
unsur:
-Meningkatkan pelaksanaan pengawasan hamil.
-Meningkatkan penerimaan keluarga berencana.
-Meningkatkan gizi ibu hamil dan menyusui.
-Meningkatkan pelaksanaan imunisasi.
-Meningkatkan upaya kesehatan lingkungan.
-Meningkatkan upaya sistem rujukan.
-Menerapkan pelayanan kesehatan yang terjangkau masyarakat.
-Meningkatkan pelaksanaan pengawasan hamil.
-Meningkatkan penerimaan keluarga berencana.
-Meningkatkan gizi ibu hamil dan menyusui.
-Meningkatkan pelaksanaan imunisasi.
-Meningkatkan upaya kesehatan lingkungan.
-Meningkatkan upaya sistem rujukan.
-Menerapkan pelayanan kesehatan yang terjangkau masyarakat.
Daftar
Pustaka
Fathoni, Abdurrahmat.2006.Antropologi sosial budaya.Jakarta:PT
Rineka Cipta
Soekanto, Soerjono.2007.Sosiologi suatu pengantar.Jakarta:PT RajaGrafindo Persada
0 komentar:
Posting Komentar